Perfeksionisme adalah musuh utama produktivitas
Ia selalu menuntut segala sesuatunya se-ideal mungkin. Kalau bisa tanpa kekurangan. Sedikitpun.
Perfeksionisme selalu overthinking. Ia bahkan sering tenggelam di dalam kebimbangan.
Terlalu banyak berpikir atau overthinking -hanya untuk menjadi perfeksionis- menyebabkan penundaan.
Alhasil, proses yang harusnya sudah selesai jadi tertunda.

Contoh :
Andi sedang dihadapkan pada kegalauan. Ia saat ini sedang membuat sebuah portofolio user interface design sebagai syarat daftar pada platform kerja luar negeri. Ia tahu persis bahwa kualitas portofolio yang baik akan memberikannya kemungkinan lebih besar untuk di-hire. Ia juga tahu bahwa portofolio yang Ia buat saat ini bisa dibuat dengan waktu sesingkat-singkatnya.
Tentu saja dengan kemudahan-kemudahan yang ada saat ini.
Lalu pada suatu hari Andi mulai membuat design abstraknya. Ia telah mempelajari user interface design yang berhasil ‘dijual’ dan menarik perhatiannya. Ia juga sudah mem-filter user interface design yang berkualitas tinggi.
Andi juga telah mencari role modelnya yang dianggap ahli di bidang user interface design.
Ia kemudian menggapai pensil Ipad-nya. Lalu mulai corat-coret di layarnya. Ia berselancar di alam imajinasinya. Menggoreskan tinta digital hingga berjam-jam.
Andi berusaha semaksimal mungkin design yang dibuatnya menarik dan memiliki kualitas tinggi.
Setelah 3 hari pengerjaan, Ia ‘merasa’ design yang baru saja dibuatnya telah mencapai progress yang sangat baik. Ia percaya diri untuk segera mempostingnya di media sosialnya. Meskipun tetap saja Ia merasa masih banyak sekali ruang untuk designnya dibenahi.
Tiba-tiba Ia membuka smartphone dan mulai scrolling. Ia membuka media sosial dan mulai menemukan banyak sekali design yang menurutnya lebih baik. Dari segi warnanya. Copywritingnya. Gambarnya. Tata letaknya. Dan lain-lain.
Ia seolah-olah menemukan fakta yang memverifikasi design miliknya masih butuh polesan. Masih butuh penyempurnaan.
Ia kemudian kembali lagi ke meja kerjanya. Melihat detail-detail design. Ia mulai ragu-ragu untuk posting design portofolionya.
Andi mulai beropini sendiri. Menurutnya, design yang telah Ia buat memiliki banyak sekali kekurangan. Ia mulai bergumam ‘apa kata orang-orang nanti tentang designku ?’. ‘bagaimana bila design ini ternyata tidak menarik untuk calon klien ?’. Rasa bimbang mulai merasuki.
Ia kemudian memutuskan untuk menunda memposting portofolionya. Ia ingin mencari referensi lebih banyak lagi agar design portofolionya lebih sempurna.
Ia kini kehilangan kesempatan mendapatkan feedback atas design yang telah dibuatnya.

Penilaian diri sendiri terhadap karya yang telah dibuat merupakan penilaian subjektif
Sebuah karya seharusnya diberikan kesempatan untuk bisa dinilai dan dihargai oleh ‘netizen’. Ini baru penilaian objektif. Sebuah penilaian yang demokratis dan bisa memberikan ruang improvement terhadap karya yang telah dibuat.
Kerap kali kita menjumpai penyanyi-penyanyi yang menjadi juara 1 kontes idol, gagal mempertahankan performanya. Dan mereka yang tidak jadi juara, justru bisa berkarir dan memiliki banyak subscriber di kanal media sosialnya. Simple saja, karena lagu mereka populer.
Dalam hal ini, Andi telah kehilangan momentum. Ia lupa bahwa banyak designer terkemuka yang telah berkali kali membuat sebuah design diabaikan orang begitu saja. Pada awalnya design mereka tidak dianggap sama sekali. Namun mereka tak bergeming.
Mereka memutuskan untuk terus konsisten dalam berkarya. Terus melakukan banyak sekali kesalahan. Mereka selalu belajar dari hal tersebut.
Konsistensi mereka telah meningkatkan kualitas diri dan karya mereka. Hingga suatu saat, karya/design mereka dihargai oleh kebanyakan orang. Dan mereka mendapatkan benefit dari hal tersebut.
Pada akhirnya, done is better than perfect.
Tak ada beda antara sempurna atau tidak sempurna. Yang ada hanya perbedaan antara menyelesaikan dan tidak menyelesaikan.
Kita akan melakukan banyak sekali kesalahan. Mengalami kejenuhan. Demotivasi. Dan segala hal buruk lain.
Namun tetap harus ingat bahwa ; selalu selesaikan apa yang kita mulai. Kemudian kita akan melihat banyak sekali ruang untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.